5 Ritual Tradisi Brutal Demi Sebuah “Kebaikan”

Hampir semua tradisi yang telah dilakukan secara turun temurun di negara manapun mempunyai sisi positif yang mengingatkan kita pada kesederhanaan masa lalu. Penghormatan kepada orang yang lebih tua, kerukunan dan kebersamaan dalam sebuah komunitas atau keluarga, penghargaan kepada alam dan seisinya, hal-hal semacam itulah yang biasanya menjadi subyek utama sebuah tradisi.
Tetapi ada kalanya beberapa ritual tradisi dilakukan secara brutal meskipun tujuan awalnya untuk sebuah kebaikan. Ketika unsur mistis dan magis terlalu dominan hingga mengalahkan akal sehat, terkadang tradisi-tradisi ini membuat kita bertanya-tanya, kenapa orang masih melakukannya di abad ke 21 ini? Berikut daftar 5 tradisi brutal yang dianggap demi sebuah “kebaikan” versi mbakbro.com :

1. Perburuan penyihir

perburuan penyihir
Indonesia pernah mengalami masa-masa paling suram pelanggaran hak asasi manusia ketika menjelang lengsernya Soeharto di mana orang-orang yang dituduh sebagai tukang santet diburu dan dihakimi massa dengan brutal tanpa diberi kesempatan membela diri. Jika di negara kita hal semacam ini telah menjadi bagian dari masa lalu maka di beberapa negara lain seperti Papua New Guinea, Arab Saudi, Pakistan, hingga India praktek semacam ini masih berlangsung.
Di Papua New Guinea setiap suku bahkan mempunyai semacam pasukan yang khusus ditugaskan memburu para “penyihir” ini. Yang lebih gila lagi di Gambia, ketika pada tahun 2009 presiden Yahya Jammey meluncurkan operasi perburuan penyihir nasional. Banyak penduduk Gambia ketika itu menjadi korban pembunuhan massal hanya karena dituduh sebagai penyihir.

2. Sunat wanita

sunat pada wanita
Hanya mendengar kata ini, mungkin akan menimbulkan perasaan tidak enak bagi para wanita tetapi tradisi ini hingga kini masih dilakukan termasuk di Indonesia. Ketika mencapai usia tertentu, para gadis kecil ini harus “disunat” dengan cara dihilangkan bagian luar kewanitaannya. Praktek semacam ini masih dilakukan di berbagai negara Afrika dan Timur Tengah dengan alasan keagamaan. Mereka beranggapan jika wanita telah disunat maka mereka akan mampu mengontrol nafsu seksualnya.
Meskipun Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan para pemimpin negara-negara di seluruh dunia telah menganjurkan untuk menghentikan tradisi ini tetapi nampaknya belum memperlihatkan tanda-tanda akan segera berakhir meskipun fakta ilmiah telah membuktikan bahwa sunat wanita sama sekali tidak berhubungan dengan nafsu seksual seseorang. Selain tidak ada keuntungannya sama sekali dari segi kesehatan, para gadis kecil ini juga bisa mengalami trauma berkepanjangan.

3. Mingi, anak terkutuk

suku di Ethiopia
Tradisi Mingi adalah sebuah tradisi yang dilakukan suku-suku primitif Kara, Hamar dan Banna di Ethiopia untuk menyingkirkan roh-roh jahat yang bersemayam dalam tubuh anak-anak kecil. Roh-roh jahat ini dianggap bertanggung jawab atas kekeringan, gagal panen atau wabah penyakit. Lalu bagaimana cara menyingkirkan roh-roh jahat tersebut? Dengan cara menenggelamkan si anak.
Anak-anak yang terlahir tanpa bapak atau gigi bagian atas tumbuh lebih dulu dari yang bawah disebut Mingi, atau anak terkutuk yang membawa nasib sial bagi sukunya. Anak-anak ini kemudian diambil paksa dari orangtuanya untuk dibenamkan ke dalam sungai atau danau setempat hingga tewas. Hingga kini tradisi brutal yang telah berlangsung ratusan tahun ini masih berlangsung, bahkan dunia luar baru mengetahui adanya tradisi ini beberapa tahun belakangan.

4. Tradisi La Esperanza

La Esperanza
Tidak ada yang suka dengan kekeringan terutama para petani. Hal ini melahirkan banyak ritual tradisi yang bertujuan untuk mendatangkan hujan. Jika di Jawa biasanya orang cukup melakukan doa bersama atau mengirim sesajen, di belahan dunia lain orang-orang melakukan tradisi yang berbeda-beda. Di India ada tradisi mengawinkan katak sedangkan suku Indian melakukan tarian meminta hujan, tradisi-tradisi tersebut dianggap masih wajar-wajar saja.
Tetapi para wanita di Mexico memilih melakukan tradisi yang cukup brutal. Setiap bulan Mei, ketika musim tanam tiba, para wanita menyiapkan hidangan pesta seperti daging ayam, telur, tortilla, roti gandum dan membawanya ke tempat ritual. Setelah berdoa bersama dan memakan hidangan mereka membentuk lingkaran besar. Para wanita tua muda boleh memasuki lingkaran ini untuk berkelahi satu sama lain. Mereka boleh memukul siapa pun yang masuk lingkaran asal dengan tangan kosong. Tidak boleh ada dendam dan sakit hati, ketika upacara selesai mereka berpelukan dan saling memaafkan.

5. Tradisi Govardhan Puja

Govardhan Puja
Banyak tradisi yang bertujuan mendapatkan keberuntungan di berbagai belahan dunia tetapi yang dilakukan di India ini sungguh brutal. Seperti kita ketahui, sapi adalah binatang yang dikeramatkan oleh penganut Hindu di India, karena itu mereka juga beranggapan bahwa diinjak-injak sapi juga bisa membawa keberuntungan. Tradisi tahunan ini umum dilakukan di daerah Ujjain pada hari Ekadashi.
Sebelum tradisi ini dilakukan, sapi-sapi dihias dengan hiasan warna-warni. Sementara para penonton bersorak-sorai memberikan semangat, para peserta tidur tengkurap di tengah jalan yang akan dilalui rombongan sapi. Setelah aba-aba diberikan, sapi-sapi tersebut kemudian dilepaskan bersama-sama dan diarahkan menuju para peserta ritual. Mereka beranggapan bahwa semakin banyak sapi yang menginjak, keberuntungan yang akan mereka dapat menjadi semakin besar.


Baca juga :

Silahkan mengcopy isi artikel di blog ini tetapi harus disertakan link sumber (aktif). Apabila Admin menemukan konten yang tidak menyertakan link sumber (aktif), Admin akan mengirimkan DMCA Complaint ke pihak Google.
Anda tentu tidak mau website atau blog Anda kena deindex bukan?

0 Response to "5 Ritual Tradisi Brutal Demi Sebuah “Kebaikan”"

Post a Comment

Hargai pendapat orang lain agar orang mau menghargai pendapat Anda. Komentar spam, irrelevant link dan junk otomatis dihapus.