Cerita Inspirasi : Gaji 500 Ribu Perjam -
Pada suatu malam, seorang pengacara baru saja pulang dari kantor ketika anaknya yang masih kecil bertanya, “Ayah, bolehkah aku bertanya sesuatu?” Ayahnya menjawab, “Tentu saja boleh, ada apa?” Maka anak itu pun bertanya lagi, “Gaji ayah sehari berapa?”
Mendengar pertanyaan itu, ayahnya sedikit marah dan berkata, “Bukan urusanmu. Kenapa kau bertanya seperti itu?” Anaknya berkata, “Aku cuma ingin tahu. Kalau satu jam gaji ayah berapa?” Karena jengkel, ayahnya menjawab singkat, “Gaji ayah 1 jam 500 ribu.”
“Oh,” anak kecil itu pun tertunduk. Kemudian sambil menengadah dia bertanya lagi, “Ayah, boleh tidak aku pinjam uang ayah 300 ribu?” Seketika ayahnya pun marah, “Kalau alasanmu bertanya tentang gaji ayah hanya karena ingin meminjam uang untuk membeli mainan, pergi tidur sana!”
Tanpa berkata apa-apa, anak itu pun pergi ke kamarnya dan menutup pintu. Ayahnya kemudian duduk dan mulai berpikir tentang pertanyaan anaknya tadi. Betapa berani dia bertanya seperti itu hanya karena ingin meminjam uang? Setelah kurang lebih satu jam, ayah itu mulai bisa berpikir tenang, “Mungkin dia sangat ingin membeli sesuatu yang harganya mahal. Lagi pula kayaknya dia jarang meminta sesuatu.” Berpikir seperti itu, ayah itu pun mengetuk pintu kamar anaknya, “Nak, kamu sudah tidur?” Dari dalam kamar terdengar jawaban, “Belum yah, aku masih bangun.”
“Maaf Nak, tadi mungkin ayah terlalu berlebihan. Mungkin tadi ayah kecapekan sepulang kerja. Ini uang 300 ribu buat kamu.” Anak kecil itupun langsung terduduk dan berkata, “Terimakasih yah!” Kemudian dia mengambil sesuatu di balik bantalnya. Ternyata dibalik bantal si anak terdapat uang sebesar 200 ribu.
Melihat hal ini, si ayah mulai marah lagi, “Kenapa kau masih meminta uang kalau sudah mempunyai uang sebanyak itu?”. “Karena tadi uangku masih kurang yah, dan sekarang sudah cukup,” sambil mengulurkan uang anak itu menjawab, “Ini gaji ayah 500 ribu. Bolehkah aku membeli satu jam waktu ayah? Tolong besok pulangnya agak sore, aku ingin makan malam bersama ayah.”
Sang ayah pun terdiam. Tenggorokannya terasa tercekat. Baru disadarinya, ternyata selama ini dia terlalu sibuk bekerja hingga jarang sekali meluangkan waktu bersama anaknya. Tanpa sadar, air mata meleleh di pipinya.
Pada suatu malam, seorang pengacara baru saja pulang dari kantor ketika anaknya yang masih kecil bertanya, “Ayah, bolehkah aku bertanya sesuatu?” Ayahnya menjawab, “Tentu saja boleh, ada apa?” Maka anak itu pun bertanya lagi, “Gaji ayah sehari berapa?”
Mendengar pertanyaan itu, ayahnya sedikit marah dan berkata, “Bukan urusanmu. Kenapa kau bertanya seperti itu?” Anaknya berkata, “Aku cuma ingin tahu. Kalau satu jam gaji ayah berapa?” Karena jengkel, ayahnya menjawab singkat, “Gaji ayah 1 jam 500 ribu.”
“Oh,” anak kecil itu pun tertunduk. Kemudian sambil menengadah dia bertanya lagi, “Ayah, boleh tidak aku pinjam uang ayah 300 ribu?” Seketika ayahnya pun marah, “Kalau alasanmu bertanya tentang gaji ayah hanya karena ingin meminjam uang untuk membeli mainan, pergi tidur sana!”
Tanpa berkata apa-apa, anak itu pun pergi ke kamarnya dan menutup pintu. Ayahnya kemudian duduk dan mulai berpikir tentang pertanyaan anaknya tadi. Betapa berani dia bertanya seperti itu hanya karena ingin meminjam uang? Setelah kurang lebih satu jam, ayah itu mulai bisa berpikir tenang, “Mungkin dia sangat ingin membeli sesuatu yang harganya mahal. Lagi pula kayaknya dia jarang meminta sesuatu.” Berpikir seperti itu, ayah itu pun mengetuk pintu kamar anaknya, “Nak, kamu sudah tidur?” Dari dalam kamar terdengar jawaban, “Belum yah, aku masih bangun.”
“Maaf Nak, tadi mungkin ayah terlalu berlebihan. Mungkin tadi ayah kecapekan sepulang kerja. Ini uang 300 ribu buat kamu.” Anak kecil itupun langsung terduduk dan berkata, “Terimakasih yah!” Kemudian dia mengambil sesuatu di balik bantalnya. Ternyata dibalik bantal si anak terdapat uang sebesar 200 ribu.
Melihat hal ini, si ayah mulai marah lagi, “Kenapa kau masih meminta uang kalau sudah mempunyai uang sebanyak itu?”. “Karena tadi uangku masih kurang yah, dan sekarang sudah cukup,” sambil mengulurkan uang anak itu menjawab, “Ini gaji ayah 500 ribu. Bolehkah aku membeli satu jam waktu ayah? Tolong besok pulangnya agak sore, aku ingin makan malam bersama ayah.”
Sang ayah pun terdiam. Tenggorokannya terasa tercekat. Baru disadarinya, ternyata selama ini dia terlalu sibuk bekerja hingga jarang sekali meluangkan waktu bersama anaknya. Tanpa sadar, air mata meleleh di pipinya.
Pelajaran: Sekedar peringatan bagi para orangtua yang bekerja terlalu keras. Jangan biarkan waktu berlalu tanpa sempat melewatinya bersama orang-orang yang kita sayangi. Jika kita meninggal dunia besok, perusahaan tempat kita bekerja dapat dengan mudah mengganti posisi kita hanya dalam hitungan hari. Sementara keluarga, teman dan kerabat yang kita tinggalkan akan merasa kehilangan selama hidup mereka.
Silahkan mengcopy isi artikel di blog ini tetapi harus disertakan link sumber (aktif). Apabila Admin menemukan konten yang tidak menyertakan link sumber (aktif), Admin akan mengirimkan DMCA Complaint ke pihak Google.
Anda tentu tidak mau website atau blog Anda kena deindex bukan?
luar biasaaaa
ReplyDeleteinspiratif...
ReplyDelete