Kita semua sadar bahwa sepanjang sejarah manusia telah banyak sekali ‘pengorbanan’ dilakukan demi kepentingan ilmu pengetahuan. Eksperimen-eksperimen sosial semacam ini hingga kini masih terus dilakukan untuk mendapat jawaban yang lebih mendalam tentang bagaimana manusia bereaksi terhadap suatu kejadian atau tindakan baik reaksi fisik maupun mental.
Dan seperti percobaan-percobaan ilmiah yang lain, terkadang membuat kita bertanya-tanya apakah hal semacam ini layak untuk dilakukan? Apakah hasil yang diinginkan sepadan dengan kerusakan yang ditimbulkan? Pertanyaan semacam ini patut untuk kita renungkan terutama jika obyek penelitiannya adalah anak-anak. Dalam artikel ini, mbakbro akan suguhkan daftar 5 percobaan ilmiah terhadap anak-anak yang melampaui batas versi mbakbro.com :
Bobo Doll adalah boneka mainan setinggi kira-kira satu meter biasanya terbuat dari vinyl atau plastik yang didesain sedemikian rupa sehingga mampu bangun kembali ketika dipukul jatuh. Anak-anak dipilih sebagai subyek penelitian ini karena mereka cenderung masih belum terpengaruh lingkungan sosial. Kepada anak-anak ini kemudian dipertunjukkan seorang dewasa yang memukul dan menendangi boneka ini setelah itu anak-anak ini kemudian diberi mainan biasa seperti mobil-mobilan. Kemudian, ketika anak-anak ini mulai menikmati bermain, mainan-mainan tersebut diambil semua dan digantikan dengan bobo doll. Dan terbukti untuk melampiaskan rasa marah mereka, anak-anak ini kemudian menendang dan memukuli bobo doll seperti yang mereka saksikan sebelumnya.
Dan ketika ikatan emosional di antara anggota kelompok mulai terjalin erat, barulah kedua kelompok ini dipertemukan dan diadu dalam serangkaian kompetisi dengan hadiah yang menarik. Saat inilah mulai timbul ketegangan antara kedua kelompok ini hingga perilaku negatif dan kecenderungan melakukan kekerasan untuk mencapai kemenangan mulai timbul.
Eksperimen dilakukan dengan obyek penelitian sebanyak 22 anak-anak dari panti asuhan. Separuh dari mereka adalah anak-anak gagap bicara sementara lainnya mampu berbicara normal. Dari 22 anak ini kemudian dibagi menjadi dua kelompok yang diambil secara acak. Kelompok pertama mendapatkan perlakuan positif dan sanjungan sementara kelompok kedua sebaliknya, mereka lebih sering dimarahi dan sama sekali tidak dihargai. Hasilnya adalah anak-anak di kelompok kedua yang sebelumnya gagap menjadi bertambah parah dan yang sebelumnya mampu berbicara normal malah menjadi gagap seumur hidup mereka. Karena efek traumatis ini tidak bisa disembuhkan maka penelitian ini disebut sebagai ‘Monster Study’.
Penggunaan anak-anak sebagai kelinci percobaan ini tentu saja mendapat tantangan keras dari dunia kedokteran tetapi entah mengapa pemerintah setempat rupanya tidak bergeming dan membiarkan Dr. Saul meneruskan penelitiannya. Penelitian ini hingga sekarang dianggap sebagai penelitian paling tidak etis yang pernah dilakukan di Amerika Serikat.
Meskipun mendapat kritikan pedas karena terapi setrum ini hasilnya tidak terlalu bagus, namun rupanya Dr. Bender seorang yang anti kritik, tidak mau mendengarkan apa yang disarankan oleh dokter-dokter lain.
Eksperimen Dr. Bender akhirnya dihentikan setelah beberapa pasiennya menunjukkan gejala agresif berlebihan bahkan beberapa diantaranya mulai menunjukkan perilaku kriminal. Seorang mantan pasien Dr. Bender akhirnya ditangkap polisi karena membunuh beberapa orang. Dua orang psikolog yang ditugaskan meneliti mantan pasien Dr. Bender menyatakan bahwa 50 orang diantaranya menunjukkan kecenderungan untuk menyakiti orang lain.
Bagaimana menurut pendapat Anda? Silahkan tulis komentar Anda pada kolom di bawah. Terimakasih.
Baca juga :
Dan seperti percobaan-percobaan ilmiah yang lain, terkadang membuat kita bertanya-tanya apakah hal semacam ini layak untuk dilakukan? Apakah hasil yang diinginkan sepadan dengan kerusakan yang ditimbulkan? Pertanyaan semacam ini patut untuk kita renungkan terutama jika obyek penelitiannya adalah anak-anak. Dalam artikel ini, mbakbro akan suguhkan daftar 5 percobaan ilmiah terhadap anak-anak yang melampaui batas versi mbakbro.com :
1. Bobo Doll Experiment
Percobaan yang dilakukan oleh Albert Bandura pada tahun 1961 ini bertujuan untuk membuktikan teorinya bahwa semua perilaku manusia didapatkan dengan cara imitiasi sosial dan meniru, bukan diwariskan melalui faktor genetik. Dalam dunia modern, begitu banyak dampak sosial yang bisa mempengaruhi perkembangan kepribadian dan moralitas seorang anak. Televisi, games, musik, dan kurangnya sosok panutan kesemuanya dianggap bertanggungjawab atas kerusakan moral dan kecenderungan melakukan kekerasan para generasi penerus.Bobo Doll adalah boneka mainan setinggi kira-kira satu meter biasanya terbuat dari vinyl atau plastik yang didesain sedemikian rupa sehingga mampu bangun kembali ketika dipukul jatuh. Anak-anak dipilih sebagai subyek penelitian ini karena mereka cenderung masih belum terpengaruh lingkungan sosial. Kepada anak-anak ini kemudian dipertunjukkan seorang dewasa yang memukul dan menendangi boneka ini setelah itu anak-anak ini kemudian diberi mainan biasa seperti mobil-mobilan. Kemudian, ketika anak-anak ini mulai menikmati bermain, mainan-mainan tersebut diambil semua dan digantikan dengan bobo doll. Dan terbukti untuk melampiaskan rasa marah mereka, anak-anak ini kemudian menendang dan memukuli bobo doll seperti yang mereka saksikan sebelumnya.
2. Robber’s Cave Experiment
Pada tahun 1954 sebuah penelitian yang dinamai Robber’s Cave dilaksanakan dimana dua kelompok anak-anak berusia rata-rata 11 tahun ‘diadu’ di dalam sebuah hutan. Sebelumnya masing-masing kelompok anak ini tidak diberitahu tentang adanya kelompok lain dalam hutan tersebut dan hanya disuruh bermain bersama anggota kelompok yang lain.Dan ketika ikatan emosional di antara anggota kelompok mulai terjalin erat, barulah kedua kelompok ini dipertemukan dan diadu dalam serangkaian kompetisi dengan hadiah yang menarik. Saat inilah mulai timbul ketegangan antara kedua kelompok ini hingga perilaku negatif dan kecenderungan melakukan kekerasan untuk mencapai kemenangan mulai timbul.
3. The Monster Study
Eksperimen yang dilakukan pada tahun 1939 di Davenport, Iowa ini dirancang oleh seorang psikolog bernama Dr. Wendell Johnson untuk mengetahui penyebab bicara gagap pada anak-anak. Walaupun mungkin tujuannya baik, tetapi efek traumatis yang dihasilkan pada anak-anak obyek penelitian membuat mereka menjadi gagap seumur hidup.Eksperimen dilakukan dengan obyek penelitian sebanyak 22 anak-anak dari panti asuhan. Separuh dari mereka adalah anak-anak gagap bicara sementara lainnya mampu berbicara normal. Dari 22 anak ini kemudian dibagi menjadi dua kelompok yang diambil secara acak. Kelompok pertama mendapatkan perlakuan positif dan sanjungan sementara kelompok kedua sebaliknya, mereka lebih sering dimarahi dan sama sekali tidak dihargai. Hasilnya adalah anak-anak di kelompok kedua yang sebelumnya gagap menjadi bertambah parah dan yang sebelumnya mampu berbicara normal malah menjadi gagap seumur hidup mereka. Karena efek traumatis ini tidak bisa disembuhkan maka penelitian ini disebut sebagai ‘Monster Study’.
4. Virus Hepatitis Willowbrook State School
Antara tahun 1956-1963, seorang peneliti bernama Dr. Saul Krugman menggunakan anak-anak terbelakang mental di Willowbrook State School sebagai obyek penelitian dengan cara menginfeksi mereka dengan virus Hepatitis. Sekali lagi sebenarnya tujuannya baik, yaitu untuk memonitor perkembangan virus ini sehingga dapat diketahui cara pengobatannya.Penggunaan anak-anak sebagai kelinci percobaan ini tentu saja mendapat tantangan keras dari dunia kedokteran tetapi entah mengapa pemerintah setempat rupanya tidak bergeming dan membiarkan Dr. Saul meneruskan penelitiannya. Penelitian ini hingga sekarang dianggap sebagai penelitian paling tidak etis yang pernah dilakukan di Amerika Serikat.
5. Electroshock Dr. Lauretta Bender
Sejak awal tahun 1960, Dr. Lauretta Bender, seorang neurologis kenamaan di New York mulai bereksperimen dengan apa yang pada mulanya disebut dengan terobosan revolusioner dunia kedokteran pada anak autis, terapi electroshock. Lebih dari 500 anak-anak autis usia antara tiga hingga sebelas tahun menjadi obyek penelitiannya.Meskipun mendapat kritikan pedas karena terapi setrum ini hasilnya tidak terlalu bagus, namun rupanya Dr. Bender seorang yang anti kritik, tidak mau mendengarkan apa yang disarankan oleh dokter-dokter lain.
Eksperimen Dr. Bender akhirnya dihentikan setelah beberapa pasiennya menunjukkan gejala agresif berlebihan bahkan beberapa diantaranya mulai menunjukkan perilaku kriminal. Seorang mantan pasien Dr. Bender akhirnya ditangkap polisi karena membunuh beberapa orang. Dua orang psikolog yang ditugaskan meneliti mantan pasien Dr. Bender menyatakan bahwa 50 orang diantaranya menunjukkan kecenderungan untuk menyakiti orang lain.
Bagaimana menurut pendapat Anda? Silahkan tulis komentar Anda pada kolom di bawah. Terimakasih.
Baca juga :
Silahkan mengcopy isi artikel di blog ini tetapi harus disertakan link sumber (aktif). Apabila Admin menemukan konten yang tidak menyertakan link sumber (aktif), Admin akan mengirimkan DMCA Complaint ke pihak Google.
Anda tentu tidak mau website atau blog Anda kena deindex bukan?
0 Response to "5 Percobaan Ilmiah Terhadap Anak-anak Yang Melampaui Batas"
Post a Comment
Hargai pendapat orang lain agar orang mau menghargai pendapat Anda. Komentar spam, irrelevant link dan junk otomatis dihapus.